Tiga pelajar tadi tidak merespon. Merasa di atas angin, para pengendara itu melampiaskan kebinatangannya. Salah seorang mulai memukul. Dan ketika ketiga pelajar itu tak menunjukkan perlawanan, yang lain makin berani dan mulai ikut memukul. Adegan selanjutnya sudah bisa diduga, pengeroyokan tanpa alasan berlangsung dalam waktu cepat. Dua di antara tiga pelajar itu babak belur.
Usai beraksi, geng tadi berlalu. Seorang pengedara tak lupa berseru dengan pongah. “Aing raja jalanan tong macem-macem ka aing.” (Aku raja jalanan, jangan macam-macam dengan saya)
(Samurai,Oli & Aspal, Playboy, January 2007)
“Memang pada awalnya Brigez merupakan kelompok anak SMA 7 yang berkecimpung pada klub motor, makanya nama mereka Brigade Seven, diambil dari angka sekolah mereka” kata salah satu guru SMA 7. Tetapi belakang ini yang mendirikan club motor itu sesudah lulus dan bukan berstatus siswa SMA 7, tetapi masih memegang teguh klub motor mereka. Sayangnya kegiatan mereka tidak lagi berkecimpung padamodifikasi motor, teapi lebih ketindak kriminalitas. “Ya yang melakukan itu para alumni, bukan siswa SMA 7,” tambahnya.
Saat ini ada empat geng motor terbesar di Bandung. Moonraker, Grab on Road (GBR), Excalt to Coitus (XTC), dan Brigade Seven (Brigez), mereka mengakui telah mempunyai anggota lebih dari 1.000 orang dan mempunyai cabang di beberapa daerah, seperti Tasikmalya, Garut, Ciamis, Sukabumi, Cirebon dan Subang.
Berbeda dengan dengan klub motor yang mengusung label tertentu seperti Harley Davidson Club Indonesia (HDCI), Tiger Association Bandung (TAB), Vespa Club Indonesia, atau pencinta motor tua, Brotherhood. Geng motor tidak mempunyai rangka organisasi yang jelas. Bagian-bagian mereka lebih dinamakan untuk tujuan mereka, sedangkan klub motor mempunyai rangka organisasi yang jelas, berikut kegiatannya.
Cikal bakal gng motor Bandung diawali pada tahun 1978, dengan nama Moonraker, yang menjiplak dari salah satu film James Bond yang sedang kondang pada saat itu. Dengan bendera merah putih biru dengan palu serta celurit, tetapi pada saat itu pemerintah Indonesia melarang logo yang berbau komunis, maka diganti dengan gambar kelelawar, atau mengadopsi lambang geng motor tertua di Amerika Serikat, Hells Angels.
Rangka organisasi pada geng motor selalu konsisten pada setiap periode dan mempunyai program kerja tersendiri. Pada kepengurusan terdapat Divisi Balap, Tim SWAT atu regu penyelamat dan Panglima Perang (Paper). Paper bertugas unutk mengkoordinasi anggota saat terjadi tawuran, atau sebagai the making decision pada saat terjadi bentrokan dengan kelompok lain. Bahkan komunikasi mereka sangat cepat hanya dalam tempo 24 jam saja kabar perang (tawuran –red.) sudah tersebar.
Moonraker mempunyai hukum sendiri. Kategori pelanggaran seperti memakai dan mengedarkan narkoba, bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama anggota. Bila membangkang atau melanggar mereka harus siap dengan “Sel 13.” Pada pengadilan mereka akn mendapat siksa dari para seniornya.
Inspektur Polisi adi Sa’bani, Kepala Unit Reserse Kriminal Polisi Sektor Bandung Tengah mengatakan kecenderungan perbuatan kriminal mereka lebih cenderung untuk kepuasan semata. “Kasus-kasus kriminal yang melibatkan geng sepeda motor belakang ini menunjukkan peningkatan, kebanyakan dari mereka tercatat sebagai kelompok XTC,” sahut dia. Jenis kejahatan yang mereka lakukan beragam, seperti pencurian, tawuran, perampokan dengan kekerasan, pengerusakan tempat umum. Dia menolak bila kegiatan melanggar hukum mereka dilakukan karena masalah ekonomi, karena banyak dari mereka berasal dari keluarga mampu.
Masuk dalam komunitas ini tidak mudah, misalnya tak jarang mereka diwajibkan mengenderai motor tanpa rem jalan menurun dari Lembang hingga Jalan Setiabudhi Bandung, dengan jarak sekitar 15 kilometer. Atau anak baru dipaksa berkelahi dengan seniornya. Keinginan mereka untuk masuk geng motor lebih dipengaruhin oleh lingkungan. Bibit anggota geng motor di Bandung sudah dipupuk sejak usia belasan tahun, bahkan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah memang menjadi basis mereka. Seperti SMUN 7 terkenal sebagai sarangnya Brigez, SMU BPI sarangnya XTC, dan SMP 2 tempat lahirnya GBR.
Padahal pihak sekolah sudah melakukan tindakan preventif untuk menanggulangi mereka, seperti yang dilakukan oleh SMUN 7 Bandung, sarang dari Brigez. Sucipto Wakil Kepala Sekolah SMUN 7 Bandung mengatakan mereka dulu sempat kewalahan dalam menghadapi mereka. “Setiap hari ada saja ulah mereka, mulai malak (memeras) teman-temannya, hingga mengancam para guru,” sahut pahlawan tanpa jasa. Dia juga menambahkan mereka sering mengistilahkan “sumsum” untuk uang hail malak tersebut. Pada 1999, pihak sekolah melakukan pembersihan terhadap gangster tersebut, dengn pembersihan tembok dari coretan Brigez, dan mengeluarkan siswa yang terlibat geng.
Coretan nama geng mereka pada tembok, papan, batu,atau apapun juga mempunyai arti sendiri. Coretan ini menandakan bahwa kawasan tersebut merupakan milik mereka, atu sekedar menandakan bahwa mereka pernah datang ke tempat tersebut. Meskipun bukan hal sepele bila coretan nama geng tertentu diganti dengan nama lain. Hal ini akan mengakibatkan pertumpahan darah alias perang. Namun demikian mereka merasakan adrenalin tersendiri dengan melakukan corat-coret tersebut terutama dengan petugas keamanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar