Rasanya, di sini aku tak perlu menyembunyikan nama suatu institusi, kelompok, atau instansi. Biarkan kita semua tahu, dan biarkan mereka malu.
Sejak lama aku tahu, bagaimana sepakterjang geng motor di Bandung. Bukan klub motor, aku tegaskan. Bukan klub motor yang terbentuk dan terorganisasi dengan baik, berdasarkan keseragaman jenis sepedamotor, yang tentu saja berinduk kepada IMI (Ikatan Motor Indonesia).
Yang kumaksud adalah geng motor, seperti XTC, Brigez, GBR, Moonraker, Uprax, atau apalah. Yang semua orang sudah tahu, bahwa 'kegiatan' mereka hanyalah berkonvoi mengganggu kenyamanan pengguna jalan yang lain, merampok, berperang antargeng, mencoreti dinding, dan sederet tindakan buruk lainnya.
Aku dulu sekolah di SMAN 11 Bandung. XTC adalah 'penguasa' sekolah ini. Bersama dengan SMAN 22, SMA BPI, yang mayoritas siswanya adalah anggota XTC.
Sementara, Brigez bersarang di SMAN 7. Praktis, tak ada kata akur di antara sekolah-sekolah itu. Bahkan, aku yang samasekali tak pernah tertarik masuk geng, ikut terkena imbas.
Aku beruntung, kalau tak salah hitung, hanya ada dua orang siswa angkatanku yang menjadi anggota XTC. Tapi, menginjak kelas tiga, sempat terjadi masalah. Bayangkan! Terjadi tawuran massal antara siswa kelas tiga dan siswa kelas dua. Dan hal itu dipicu oleh ketidaknyamanan siswa kelas tiga terhadap arogansi siswa kelas dua yang mayoritas menjadi anggota XTC.
Di luar lingkup sekolah, pernah terjadi pembunuhan atas seorang pedagang kaki lima di BIP. Ini juga dilakukan oleh XTC.
Lalu, kejadian pembunuhan atas seorang pengemudi mobil yang dinilai menghalangi laju konvoi salahsatu geng --aku tak tahu namanya--, di Jl. Simpang, Dewi Sartika. Kedua peristiwa itu berakhir dengan tubuh korban yang sarat bacokan samurai.
Mau bukti lagi?
Waktu aku kost di kawasan Cilandak, Sarijadi, saat masih kuliah dulu, rumah kontrakan kami pernah disatroni belasan sepedamotor. Mereka mengaku sebagai anggota GBR. Alasan mereka, pernah ada salahsatu teman kami yang mengumpat mereka, saat mereka lewat depan kontrakan sambil menggerung-gerungkan mesin motor. Hingga kini, kami tak pernah tahu siapa teman kami itu, karena para anggota GBR itu sendiri tak pernah bisa menunjuk siapa orangnya.
Dan, kemarin malam, kebencianku terhadap geng motor makin menjadi.
Berawal dari panggung acara 17 Agustus di RW-ku. Saat acara berlangsung, kami didatangi empat remaja yang menunggangi dua sepedamotor. Mereka mencari seorang teman kami, yang kebetulan sedang tak ada di lokasi.
Usut punya usut, ternyata teman kami itu sempat terlibat masalah kecil di jalan raya. Yang lucu, dengan lantang salahsatu dari mereka berkata, "Mana barudak GBR nu sejen? Dilayanan ku barudak urang..." (Mana anak-anak GBR yang lain? Dilayani sama kami...)
Dan lalu kutahu, mereka anggota Brigez.
Ho... ho... masalah personal, antara temanku dan seseorang, dapat dengan mudah 'disulap' menjadi persoalan antargeng.
Sekadar intermezzo. Tiga tahun yang lalu, aku sempat mengancam pada Herru Joko, Ketua Umum Viking Persib Fans Club, akan berhenti menonton Persib di Stadion Siliwangi, dengan 'status' anggota Viking. Ini karena aku kecewa dengan maraknya tindakan pengrusakan terhadap sarana umum dan pengendara lain, yang dilakukan oleh oknum anggota Viking, sepulang menonton Persib. Berat rasanya, menyandang 'predikat' sebagai anggota Viking.
Ancaman itu ditindaklanjuti. Kian hari, tindakan vandalisme anggota Viking makin berkurang, meski belum benar-benar hilang. Tapi, itu sudah cukup bagiku, alasan untuk kembali aktif menonton Persib.
Bukti bahwa aku sangat membenci tindakan vandalisme. Maka, melihat tindakan arogan para anggota geng motor di Bandung, aku berani menyatakan perang. Bandung terlarang bagi geng motor!
Bagi anak geng motor yang membaca tulisan ini, dan tak setuju, silakan komentari, kirimkan e-mail ke adry_thea@yahoo.com . Aku akan berikan alamat lengkap rumahku. Maaf, jika tak kutulis di sini.
Lalu, silakan datangi rumahku. Tapi dengan satu syarat, jangan datang beramai-ramai. Jangan cuma berani keroyokan! Datang, dan hadapi aku, satu lawan satu.
PISS!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar